Sabtu, 26 Februari 2011

Pejuang Perang Batak tidak berjuang kerna atau untuk Agama



Kalau ada orang Batak mengatakan perjuangan Pejoang Perang Batak karena Agama atau untuk kepentingan Agama tertentu maka dia tidak mengerti sejarah Batak.Tetapi perang dilakukan suku bangsa Batak murni untuk mempertahankan Budaya dan tanah airnya meski mereka termotivasi dan terinspirasi akan pejoang-pejoang Aceh yang kebetulan ber Agama Islam. Sedangkan hubungan suku bagsa Aceh dengan Suku bangsa Batak bukanlah hal yang baru. Ketika Kerajaan Barus (kerajaan suku bangsa Batak) yang pada saat itu diserang oleh orang tamil, bangsa Aceh sudah memberi bantuan untuk mengusir bangsa tamil (India), kejadian tersebut sejaman dengan akhir kejayaan kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha.
Suku bangsa Batak dan Suku bangsa Aceh saling bahu membahu melawan Belanda, hal itu wajar karena satu musuh, suku bnagsa Aceh memberi bantuan berupa senjata dan Penasehat perang yang berpengalaman jadi jelas bantuan yang diberika oleh suku bangsa Aceh kepada suku bangsa Batak bukanlah karena se Agama tetapi musuh yang dihadapi adalah sama yaitu Belanda yang sangat serakah. Salah seorang Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang bernama


Guru Mengambat (dari Salak -Kab pak-pak Hasundutan sekarang), mendapat gelar Teungku Aceh, hal diketahui berdasarkan informasi dari Kort Verslag Residen L.C Welsink pada 16 Agustus 1906. Dan Banyak lagi putra-putra Batak yang mendapat latihan perang dari Aceh.
Sisingamangaraja XII alias Ompu Pulo BAtu, yang lahir 18 Februari 1845 dan meninggal 7 juni 1907 dalam sebuah pertempuran di dairi, sebuah peluru menembus dadanya.Menjelang nafas terakhir dia dengan tegar mengatakan Ahu Sisingamangaraja diucapkannya didepan pasukan Belanda yang dipimpin KApten Hans Christoffel. Bersama beliau ikut juga gugur 2 putranya yaitu PAtuan Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian, sedangkan keluarganya yang lain ditawan di tarutung. Sedangkan Sisingamangaraja sendiri dikebumikan Belanda secara meliter pada 22 Juni 1907 di silindung/tarutung, yang kemudian dipindahkan ke Soposurung BAlige pada tanggal 17 Juni 1953.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar